Lukman, 46 Tahun Membawa Jasad Kembarnya

Lukman, 46 Tahun Membawa Jasad Kembarnya - Lukman, seorang lelaki warga Kelurahan Sibatua, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Minggu (10/7/2011) terbaring lemah di kamar isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pangkep. Bapak tujuh anak yang sehari-harinya bekerja sebagai petani ini sudah 46 tahun membawa serta kembar siamnya yang sudah meninggal pada bagian perutnya.

Hal tersebut baru diketahui ketika terjadi infeksi pada jaringan perutnya. "Saya memang terlahir sebagai kembar siam. Tapi kembaran saya meninggal sejak kecil. Hanya saya dan sedikit keluarga yang tahun," kata Lukman kepada Kompas.com.

Lukman terlahir dengan membawa kembar siam yang tak sempurna, yang berdempetan dengan perutnya. Ia tak pernah ketahuan karena lelaki ini memang tidak pernah memeriksakan kelainannya itu ke medis atau ke rumah sakit. Dugaan sementara, terjadi pembengkakan pada bagian perut akibat kanker dari persinggungan jaringan antara tubuhnya dengan tubuh saudara kembarnya tersebut.

Direktur RSUD Pangkep Frans Demmanaba mengungkapkan, jaringan sel-sel kembar siam Lukman telah mati atau sudah lama tidak berfungsi. Dari pembusukan kembar siam Lukman yang tidak sempurnah itulah kemudian tumbuh menjadi kanker.

Frans mengatakan, pihaknya sejauh ini sebatas melakukan perawatan luka Lukman pada bagian perutnya. Pihak rumah sakit tidak bisa melakukan tindakan lebih karena keterbatasan alat medis.

"Secara prosedural, pasien harus kami rujuk ke Makassar yang memiliki alat medis yang lebih lengkap. Tapi pasien dan keluarga belum bersedia dirujuk ke Makassar," ungkapnya.

Kembar siam yang telah meninggal dan terus melengket pada bagian perut Lukman mengakibatkan terganggunya jaringan lain yang berhubungan, khususnya di bagian perut, yang dikhawatirkan bisa menjadi metastase atau penyebaran kanker dari jaringan yang rusak ke jaringan yang normal.

"Jaringan yang mati berjalan terus ke jaringan yang normal karena tidak dilakukan pemisahan. Jika tidak dilakukan pemisahan segera, implikasi terburuknya bisa menyebabkan kematian karena kanker yang terus menjalar. Penanganannya harus kompleks," katanya lagi.

Sementara Mantasia, istri Lukman, mengaku baru mengetahui kalau benjolan di bagian perut suaminya tersebut adalah kembar siam sang suami yang telah meninggal. Sebulan lalu, kata Mantasia, suaminya mengaku kerap merasa kesakitan pada bagian perut, namun selalu menolak seiap kali diajak berobat.

"Kami bukan menolak dirujuk ke Makassar untuk operasi meskipun gratis. Tapi untuk biaya hidup di Makassar selama bapak menjalani perawatan, kami kesulitan," katanya.